Sabtu, 27 September 2014

Cerpen Kimia: Arsen Si Pembunuh Bayaran (2)

“Ya tuhan…apa yang terjadi denganmu?”, dirabanya dahi istrinya itu terasa panas sekali
“Sudah kau ukur temperaturmu”
“Aku tak ingin tahu, sakit sekali untuk bicara”
Suaminya duduk di pinggir tempat tidur
“Sayangku sudah berapa lama ini terjadi?”
“Beberapa hari, mungkin cuma kena virus”
Suaminya meraba nadinya.Terasa lemah dan jarang-jarang. Ketika dia membungkuk kedepan, dia mencium bau napas istrinya.
”Apakah tadi kau makan masakan yang berbumbu bawang putih?”
Istrinya menggelengkan kepalanya
“ Sudah dua hari aku tidak makan apa-apa”, suaranya hanya bisikan
Suaminya membungkukan badan dan dengan lembut menarik kelopak matanya
“Apa kau merasa haus?”, istrinya mengangguk
“Nyeri,otot-otot kejang, muntah-muntah, dan mual?”
Semuanya, pikir istrinya lemah. Tapi dia berkata
“Apa yang terjadi denganku?”
“Kau bisa menjawab pertanyaan-pertanyaanku?”
“Akan kucoba”
Suaminya menggemgam tangannya ”Kapan kau mulai merasa seperti ini?”
“Kemarin..kemarin sore, waktu kau baru pulang dari LA”, suaranya makin lemah
“Apa kau ingat sakitmu ini setelah makan atau minum sesuatu?”
Istrinya menggeleng
“Kau hanya merasa kondisimu makin hari makin buruk?”
Istrinya mengangguk.
“Kau sarapan disini bersama anak-anak?”
“Biasanya, ya.”
“Dan anak-anak tidak apa-apa?”
Istrinya mengangguk
“Bagaimana dengan makan siang?kau selalu makan siang di tempat yang sama setiap hari?”
“Tidak. Kadang-kadang aku makan siang dikantor, kadang aku menjamu tamu di Restoran” suaranya makin lirih
“Apakah ada Restoran yang secara teratur kau kunjungi dan kau selalu memilih makanan yang sama?”
Istrinya merasa capek sekali untuk melanjutkan percakapan itu, ingin rasanya supaya suaminya yang dokter itu pergi saja. Dipejamkannya matanya
“Sayang, tahanlah. Dengarkan aku”ada nada mendesak dalam suaranya
“Apakah kau selalu makan dengan seseorang tertentu?”
“Istrinya mengerjap-ngerjap mengusir kantuknya.”Tidak.” mengapa dia menanyakan hal seperti itu?
“Virus,” gumamnya “Pasti virus, bukan?”
Suaminya menarik napas dalam-dalam. ”Bukan. Seseorang telah meracunimu.”
Jawaban itu membuat istrinya membelakakan matanya “Apa?aku tak percaya.”
Suaminya mengerutkan keningnya “Menurutku ini racun Arsenikum, tapi Arsenikum tak di jual bebas di negeri kita.”
Tiba-tiba istrinya merasa takut ”Siapa-siapa yang telah meracuniku?”
Suaminya meremas tangannya “ Sayangku kau harus memeras otakmu. Kau yakin, kau tak pernah melakukan sesuatu secara rutin, sehingga seseorang bisa memberi makanan atau minuman yang sama setiap hari?”
“Tentu saja tidak,” protes istrinya lemah. “Sudah kukatakan , aku…” kopi. Johan. Kopi seduhanku pasti istimewa.” Oh, Tuhan!”
“Apa?”
Istrinya berdehem, berusaha bicara sebaik-baiknya, ”Johan. Johan selalu memberiku kopi setiap pagi di kantor”
Suaminya terbelalak memandangnya.” Tidak. Tak mungkin johan yang melakukannya. Apa alasannya dia ingin membunuhmu”
“Dia ingin menyingkirkan aku”
Begitulah kawan, aku arsenikum baru saja beraksi menyusup lewat minuman kopinya sang pengusaha itu. Setiap pagi aku di susupkan lewat kopi oleh rekan kerjanya dengan kadar yang sedikit sekali sehingga aku menggrogotinya perlahan-lahan dan akhirnya dia jatuh sakit seperti itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar